Dikutip dari pendapat Mulyasa ” Guru adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Menjadi guru adalah panggilan hati dalam menjalankan amanah, bukan hanya sekedar profesi, sesuai dengan kata GURU yang digugu dan ditiru. Tugas dari seorang guru bukanlah hanya sebatas mengajar, tidak juga hanya sebatas meneruskan ilmu tetapi seorang guru harus mampu meneruskan, mengembangkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didiknya dan juga harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya. Semboyan bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara: ” Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” yang artinya didepan menjadi teladan, di tengah memberi semangat dan dibelakang memberi dorongan. Di zaman Milenial seperti sekarang ini tantangan di dalam pendidikan menjadi lebih berat. Mengapa? Karena menuntut seorang guru harus benar-benar mampu menyiapkan berbagai hal agar dapat mencetak peserta didik yang lebih berkompeten di masa sekarang dan masa mendatang. Di zaman ini banyak sekali berbagai sumber belajar yang bisa peserta didik peroleh bukan dari seorang guru, misalnya dari aplikasi
digital peserta didik bisa membuka situs seperti Google, youtube dan lain lain, dari aplikasi itu peserta didik bisa belajar banyak materi pelajaran, kumpulan soal-soal dan lain-lain.

  Tetapi secanggih apapun aplikasi digital / teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan peran dari seorang guru, karena proses pembelajaran akan terjadi tatkala terdapat hubungan timbal balik antara peserta didik dan lingkungannya. Dari aplikasi digital / teknologi peserta didik hanya mendapatkan transfer of knowladge dan dari guru peserta didik akan mendapatkan Transfer of knowladge dan Transfer of value. Transfer of knowladge adalah mentransfer ilmu pengetahuan dan pemahaman dimana
peserta didik dapat memperolehnya dari teknologi digital dan juga dari guru, sedangkan Transfer of value adalah mentransfer nilai nilai moral dan kebaikan, peserta didik hanya bisa memperolehnya dari seorang guru karena harus ada proses timbal balik, interaksi dua arah yang melibatkan segi psikologis. Teknologi hanya sebagai alat bantu untuk guru dalam mengajar. Dan mengajar, mendidik dan menanamkan nilai-nilai kebaikan adalah peran dari seorang guru.

  Guru di Zaman milenial harus memiliki kompetensi dan memiliki strategi yang tepat agar mampu di terima oleh gen Y dan gen Z , yakni sebagai berikut :

  Melek Teknologi
Pentingnya melek teknologi di zaman milenial bagi dunia pendidikan berfungsi untuk
menambah informasi, meningkatkan kemampuan belajar, dan membuat materi pembelajaran lebih menarik sehingga minat belajar peserta didik lebih meningkat.

       Menjadikan murid sebagai sahabat
    Untuk menghadapi generasi milenial ini seorang guru tidak bisa menyamakan dengan generasi generasi sebelumnya, janganlah menjadi seorang guru yang menakutkan tetapi jadilah guru yang memposisikan sebagai teman / sahabat peserta didiknya karena Menjadi sahabat dan teman berdiskusi akan menciptakan atmosfer nyaman bagi kedua belah pihak. Juga bisa mendorong peserta didik untuk berkreasi dan mengembangkan bakat serta ilmu pengetahuannya. Menjadi sahabat bisa mendorong pribadi peserta didik agar mandiri dan tangguh dalam menghadapi setiap permasalahan dalam pembelajaran dan akan mampu menciptakan atmosfer belajar yang hangat, mengasikan, membangkitkan kepercayaan dan membangkitkan semangat peserta didik.

        Menjadi Role Model
      Menurut Wikipedia Role model adalah seorang yang memberikan teladan dan berperilaku yang bisa dicontoh oleh orang lain. Guru adalah seorang Public figure jadi penampilan, bahasa, tatakrama harus selalu dijaga. Karena seorang Public figure mempunyai pengaruh yang luar biasa, dijadikan sebagai contoh yang baik dan selalu menjadi pusat perhatian.

        Gaya, model dan metode mengajar
      Setiap generasi memiliki keunikan tersendiri, setiap peserta didik memiliki kemampuannya tersendiri contohnya:

      -Gaya belajar peserta didik visual : menerima, memproses dan mempertahankan informasi melalui penglihatan atau dengan membuat citra mental. Anak-anak ini berpikir melalui membaca dan menulis, atau gambar, grafik dan peta. Pelajar visual sangat menyukai kerapian dan teratur.

      -Gaya belajar peserta didik auditori : di mana peserta didik lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan

        -Gaya belajar peserta didik Kinestetik : pembelajar melalui pendekatan fisik dan aktif menjelajahi dunia fisik di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa sulit untuk duduk diam dalam jangka waktu yang lama dan mungkin menjadi terganggu dengan kebutuhan mereka akan aktivitas dan eksplorasi.

      Banyak keuntungan yang bisa kita peroleh dari mengenali dan memahami gaya belajar Peserta didik, antara lain:
      ~ Memaksimalkan potensi belajar Peserta didik,
      ~ Memahami cara belajar terbaik,
      ~ Mengurangi frustrasi dan tingkat stres Peserta didik,
      ~ Mengembangkan strategi pembelajaran untuk efisien dan efektif,
      ~ Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri,

        Kreatif dan Inovatif
      Jadilah guru yang selalu banyak inovasi, harus selalu banyak belajar mengenai hal-hal yang sedamg menjadi trend di kalangan para siswa, selalu mengembangkan berbagai hal sesuai dengan tuntutan zaman, mampu membuat perubahan demi menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan berbagai model, media maupun metode yang berbeda.
      Cara menjadi guru kreatif dan inovatif :

      1. Mencoba hal-hal baru
      2. Riset / penelitian
      3. Model pembelajaran
      4. Menggunakan teknologi dan informasi

        Menjadi seorang Pendidik hendaknya mencintai pelajar sebagaimana mencintai dirinya. Pendidik hendaknya memperhatikan kemaslahatan pelajar dan bergaul dengan pelajar seolah-olah bergaul dengan anak kandungnya yang paling mulia, yaitu (bergaul dengan) sikap lemah lembut, penuh kasih sayang, berbuat baik, bersabar atas kekasaran pelajar, kekurangan pelajar yang nyaris tidak bisa dihindari oleh setiap insan, serta buruknya tata krama pelajar pada suatu waktu tertentu.” (K.H. Hasyim Asyari,
      Adabul “Alim wal Mutaallim, 2017: 92)

      Leave a comment

      Your email address will not be published. Required fields are marked *